Suarkabar, Banjarnegara– Heboh kasus dukun pengganda uang di Banjarnegara, Jawa Tengah, berikut ini kronologi kejadiannya.
Diketahui, pelaku Slamet Tohari (45) mengaku bahwa dirinya mempunyai kemampuan melipatgandakan uang yang diberikan korban kepadanya.
Polisi menemukan 11 mayat yang diduga menjadi korban pembunuhan Slamet di tiga titik penggalian.
11 mayat itu ditemukan pada kedalaman 80 centimeter hingga 1 meter dengan kondisi sudah menjadi tulang belulang dan sebagian masih utuh.
Berikut kronologi dari dukun pengganda uang Banjarnegara yang membunuh 11 orang:
Dilansir dari Youtube Kompas TV pada Selasa, 4 April 2023, kasus ini mulai terungkap ketika Polres Banjarnegara menerima laporan orang hilang yang berinisial PO pada Senin, 27 Maret 2023 lalu.
PO merupakan warga Sukabumi, Jawa Barat dilaporkan hilang setelah berkunjung ke Banjarnegra untuk bertemu Slamet pada Kamis, 23 Maret 2023.
Sebelum dinyatakan hilang, PO sempat mengirim pesan WhatsApp kepada pihak keluarga supaya anaknya datang ke rumah Slamet bersama aparat jika ia tidak ada kabar selama beberapa hari.
“Ini di rumahnya Pak Slamet. Buat jaga-jaga kalau umur ayah pendek, misal ayah tidak ada kabar sampai Minggu, langsung saja ke lokasi bersama aparat,” bunyi pesan tersebut.
Tak lama setelah mendapat pesan tersebut, pihak keluarga tidak mendapat kabar apapun setelah kerabatnya itu mendatangi rumah Slamet.
Pihak keluarga kemudian melapor ke Polres Banjarnegara pada Senin, 27 Maret 2023, dan polisi segera terjun ke TKP untuk penyelidikan.
Ketika mendatangi Slamet, polisi mendapati temuan bahwa PO telah dikubur di sebuah lahan perkebunan.
“Korban (PO) telah dikubur di jalan setapak menuju ke hutan di Wanayasa,” kata Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto.
Bermula dari titik penguburan PO, polisi kemudian menemukan sepuluh mayat lain pada lokasi yang tidak berjauhan.
Dari temuan tersebut, polisi telah menemukan sebelas korban, termasuk PO, yang diduga dibunuh oleh Slamet, namun sebagian besar identitasnya belum diungkap.
“Saat ini ada penambahan jumlah korban. Untuk selanjutnya, jumlah korban berapa dan identitasnya dapat dijelaskan oleh pimpinan kami,” tutur Hendri.*